Kamis, 24 Januari 2013

Netralisasi Limbah Cair


1.      Netralisasi
Netralisasi Digunakan untuk membuat kimbah menjadi memiliki pH antara 6,0 – 9,5. Karena diluar pH itu limbah bersifat racun bagi kehidupan air. Pada proses netralisasi ini digunakan baha tambahan  larutan kimia  asam atau larutan kimia  basa.

Menurut tingkat kadar pH dalam suatu limbah air, limbah cair terbagi menjadi dua yaitu :

·         Lmbah cair yang bersifat asam

 netralisasi limbah cair yg bersifat asam dapat dinetralisasi dengan melewatkan limbah pada unggun batu kapur, setelah ditambahkan kapur padam Ca(OH)2, soda kaustik NaOH, atau soda abu Na2CO3. Kapur padam Ca(OH)2 biasanya tersedia lebih murah dibandingkan senyawa basa lain atau bahkan soda abu Na2CO3, sehingga menjadi bahan yang paling sering digunakan untuk netralisasi limbah cair asam.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang bersifat asam adalah :
Ø  NaOH
Ø  Ammonia
Ø  Na2CO3
Ø  CaCO3
Ø  Ca(OH)2

Contoh  Reaksi netralisasi limbah yang bersifat asam (mengandung H2SO4)
Reaksi :
H2SO4 + Ca(OH)2 → CaSO4 + 2 H2O

·         Limbah cair yang bersifat basa

netralisasi limbah cair yg bersifat basa dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4, HCI, atau dengan CO2. Biasanya jika sumber CO2 tidak tersedia, netralisasi dilakukan dengan H2SO4,. Karena harga H2SO4 yang lebih murah dibandingkan HCI. Reaksi dengan asam mineral berlangsung cepat, sehingga perlu digunakan tangki berpengaduk yang dilengkapi sensor pH untuk mengendalikan laju pemasukan  asam.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang bersifat basa adalah :
Ø  H2SO4
Ø  HCI
Ø  SO2
Ø  HNO3
Ø  H3O4
Contoh Reaksi netralisasi limbah yang bersifat basa (mengandung NaOH)
Reaksi :
 HCl + NaOH → NaCl +H2O

2.      EQUALISASI

Proses equalisasi atau proses penyeragaman, yaitu proses pendahuluan yang akan sangatmembantu terhadap proses aerasi anaerob. Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengoLahan tetapi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi adalah parameter operasional bagi unitpengolahan selanjutnya .

Kegunaan dari equalisasi adalah :
 1.Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses treatment.
2.Meratakan fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi
3.Meratakan kandungan padatan (SS, koloidal, dls b) untuk meminimalkan kebutuhanchemical pada proses koagulasi dan flokulasi.Sehingga dilihat dari fungsinya tersebut, unit bak equalisasi sebaiknya dilengkapi dengan mixer, atau secara sederhana konstruksi/peletakan dari pipa inlet dan outlet diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek turbulensi. Idealnya pengeluaran (discharge) dari equalisasi dijaga konstanselama periode 24 jam, biasanya dengan cara pemompaan maupun cara cara lain yang memungkinkan.

3.      PROSES ANEOROB

Poses aerasi anaerob, yaitu proses yang bertujuan untuk menurunkan bahan-bahano rganik terlarut dan senyawa organik lainnya dengan bantuan bakteri anaerob. Secara anaerobik, penguraian bahan organik dilakukan tanpa menggunakan oksigen. Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge.
4.      Aerasi.

Proses aerasi, bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik dan senyawa organik lainnya dengan cara memasukkan oksigen secara terus-menerus. Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air limbah. Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess sludge.

5.      Proses sedimentasi pertama

Proses sedimentasi pertama, proses untuk mengendapkan lumur yang dihasilkan padaproses aerasi.




6.      Proses koagulasi-flokulasi

Proses koagulasi-flokulasi, yaitu proses penambahan dosis koagulan dan dilanjutkandengan proses pengadukan untuk membentuk flok.

·         koagulasi adalah prosespembentukkan koloid yang stabil menjadi koloid yang tidak stabil dan membentuk flok-flok dari gabungan koloid yang berbeda muatan.Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting dalam proses ini yaitu pembubuhanbahan kimia (koagulan) dan pengadukan. Pada proses koagulasi, koagulan dibubuhkan kedalam air baku kemudian dilakukan pengadukan selama beberapa saat dalam suatukoagulator. Dari pencampuran ini akan terjadi destabilisasi koloid dan partikel tersuspensioleh koagulan. Secara umum proses koagulasi berfungsi untuk :
1.Mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organik didalam air.
2.Mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalamair.
3.Mengurangi bakteri-bakteri patogen dalam partikel koloid, algae, dan organismeplankton lain.
4.Mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid dalam air.

Ada tiga faktor yang mempegaruhi keberhasilan proses koagulasi yaitu:
1.Jenis koagulan yang dipakai
2.Dosis pembubuhan koagulan
3.Proses pengadukan

·         Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok berukuranlebih besar. Proses fokulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan. Secara garisbesar pembentukan flok terbagi dalam empat tahap yaitu :
1.Tahap destabilisasi partikel koloid
2.Tahap pembentukan mikroflok 
3.Tahap penggabungan mikroflok 
4.Tahap pembentukan makroflok
Tahap 1 dan 2 terjadi pada proses koagulasi sedangkan tahap 3 dan 4 terjadi pada prosesflokulasi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain unit flokulasi :
Kualitas air baku dan karakteristik flokulasi
Kualitas tujuan dari proses pengolahan
Headloss tersedia dan variasi debit instalas

7.      Proses sedimentasi kedua
Proses sedimentasi kedua, yaitu proses pengendapan terhadap flok yang terbentuk pada proses 6.

8.      Proses flotasi
Proses flotasi, yaitu proses pengapungan untuk meningkatkan laju pemindahan partikel-partikel tersuspensi yang ada.
Pada proses flotasi, gelembung udara diinjeksikan ke dalam tangki untuk mengapungkan padatan sehingga mudah disisihkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan.

9.      Proses sedimentasi ketiga
Proses sedimentasi ketiga, yaitu proses pengendapan partikel ringan.



10.   penyaringan dengan arang aktif 

Proses penyeringan dengan arang aktif, untuk menyerap bahan-bahan kimia yang tersisa.




1.1  Teknik Pengolahan Air Limbah
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. 
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.  Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:.
  1. Pengolahan Secara Fisika
            Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.  Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5_files/image004.gif



Gambar 1.  Skema Diagram Pengolahan Fisik












        
            Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
            Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
            Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
2.Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.  Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. 
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.  Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.  Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.
Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5_files/image005.gif

Gambar 2.  Skema Diagram pengolahan Kimiawi

  1. Pengolahan secara Biologi
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1.    Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2.    Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi.  Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.  Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).  Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan.  Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1.    trickling filter
2.    cakram biologi
3.    filter terendam
4.    reaktor fludisasi
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1.         Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen
2.         Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob.  Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5_files/image006.gif


Gambar 3.  Skema Diagram pengolahan Biologi

Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi sesederhana seperti dalam uraian di atas.  Namun pada prinsipnya, semua limbah yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di atas dapat dijadikan sebagai acuan. Pencemaran
1.2  Teknologi Pengolahan Air Limbah
Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
  1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
  1. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Macam-macam Unit Pengolahan Pertama (Premary Treatment)
a.    Penyaringan (screening)
Penyaringan dilakukan untuk material-material kasar yang terkandung dalam air limbah seperti ranting, kayu, kertas, dan lain-lain. Fungsi lain dari penyaringan adalah untuk melindungi pompa dan peralatan mekanikal lainnya terhadap terjadinya penyumbatan atau kemacetan. Penyaringan air limbah diklasifikasikan dalam dua macam yaitu saringan halus (Fine screen) dan saringan kasar (Coorse screen).
b.   Penangkap pasir (Grit removal/ grit chamber)
Air limbah umumnya mengandung bahan-bahan padatan anorganik (khususnya air limbah domestik) seperti pasir, kerikil, kulit telur, pecahan kaca dan serpihan logam. Kebanyakan bahan tersebut bersifat abrasif dan akan menimbulkan gangguan terhadap akselerasi sistem pompa yang dioperasikan dan sifat lain yaitu tidak mudah terurai (Unbiodegradasible) serta meningkatkan jumlah endapan sehingga mengurai volume digester. Fasilitas penangkap pasir ini bekerja secara gravitasi, umumnya berbentuk saluran terbuka yang dilengkapi dengan bak pengendap.

c.    Penghancuran (Communiting)           
Unit ini berfungsi untuk mengahasilkan material-material kasar yang tidak tersaring, menjadi material-material kecil dalam ukuran 8mm. alat pengaturnya dinamakan communicator. Unit ini umumnya diletakkan melintang pada saluran pembawa air limbah, sehingga saluran iar limbah dipastikan akan melewati mulut unit penghancur ini.  
d.   Penangkap pertama
Unit ini didesain untuk mereduksi zat-zat padat tersuspensi yang ada dalam air limbah. Kebanyakan material zat padat tersuspensi secara alamiah berbentuk flokulan. Sistem pengendap awal dioperaikan dalam 2tipe yaitu, sistem pengendapan dengan penambahan bahan koagulan dan sistem pebgendapan tanpa bahan koagulan. Unit pengendapan awal ini umumnya berbentuk lingkaran atau empat persegi panjang.   
e.    Bangunan penangkap lemak (Grease trap)
Unit pengolahan air limbah yeng berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak (Grease). Lemak akan mengapunh pada suhu 200C. selanjutnya lemak yang tertangkap dibersihkan secara berkala dengan cara manual ataupun mekanik.
f.    Equalisasi
Unit pengolahan air limbah yeng berfungsi untuk meratakan beban pencemar air limbah (mencampur untuk menjadi lebih homogen) serta untuk mengurangi atau mengendalikan variasi karekteristik air limbah agar tercapai kondisi optimum untuk proses lebih lanjut. Secara teknis unit ini berfungsi untuk :
·         Meredam beban kejut akibat adanya fluktuasi beban organik yang dapat mengganggu proses biologik aerobik.
·         Mengendalikan ph air limbah melalui pencampuran limbah asam dan limbah basa, sehingga mengurangi biaya pembelian asam/basa.
·         Mengurangi fluktuasi aerobik sehingga bebabn hidrolis yang tinggi dapat mengganggu proses lumpur aktif.
·         Memecah konsentrasi bahan beracun yang memasuki bak pengolah biologis sehingga mematikan mikroorganisme yang ada.
g.   Netralisasi
Beberapa limbah industri umumnya bersifat asam/basa, sehingga memerlukan netralisasai sebelum dialirkan ke proses lanjut atau dibuang ke badan air penerima. Untuk menjamin keberhasilan proses biologis (penguraian oleh mikroba) diperlukan ph pada angka kisaran 6,5 - 8,5. Jenis-jenis proses netralisasi :
·         Pengadukan limbah asam dan basa
·         Netralisasi limbah asam dengan serbuk batu marmer
·         Pengadukan asam dengan lumpur aktif
·         Pengadukan dengan limbah alkalin
  1. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and filter.
Yang terdiri dari onversi biologis zat terlarut dan kolodial organik menjadi bio massa yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan. Pengolahan kedua sering juga disebut sebagai pengolahan biologis yaitu pengolahan sistem pengolahan air limbah yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme dengan bantuan atau tanpa bantuan oksigen.
Dalam proses pengolahan biologis mikroorganisme memanfaatkan zat organik dalam air limbah sebagai suplai bahan makanan dan mengkorversi dalam sel biologis atau yang disebut bio massa. Macam – macam aplikasi sistem pengolahan biologis adalah :
·                     Lumpur aktif (aktivated sludge)
·                     Trickling Filter
·                     Bio Tower
·                     Kolam Stabilisasi (stabilitation ponds)
·                     Parit Oksidasi (oxydation ditch)
·                     Aerobik Bio Filter
  1. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Pengolahan lanjut sering juga disebut sebagai pengolahan ketiga karena pada dasarnya pada pengolahan tahap ini adalah proses pengolahan limbah cair yang ditujukan untuk menyempurnakan hasil – hasil pada proses –proses pengolahan sebelumnya, yaitu pada tahap proses pengolahan fisika dan biologis. Sifat pengolahan ketiga ini sangat bergantung dari kualitas hasil proses pengolahan pada tahap – tahap sebelumnya, artinya bahwa proses pengolahan ketiga hanya diperlukan bila masih ada material – material pencemar yang masih perlu dihilangkan sebelum dilakukan pembuangan ke badan air penerima.
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
  1. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.








4 komentar:

  1. adakah proses an aerob yang bisa dengan kondisi awal limbah masuk phnya asam 3-4

    BalasHapus
  2. Untuk limbah fructose, pH 4, apakah ada bahan kimia untuk penetralisir tanpa menyebabkan lumpur aktif di kolam.SBR menjadi kental dan sulit tersedimentasi pada waktu proses settling, selain NaOH ?

    BalasHapus
  3. Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa....
    Kami menjual Batu kapur/ Kapur Aktif / Cao / CaOH2 / Kalsium Oxide / kalsium hidroxie /Limestone/ Quick Lime / Batu gamping / Kapur bakar / Kapur tohor/ Kapur sirih/Cao/ Kalsium Hidroksida/ Kalsium Karbonat / CaCo3 / Kapur pertanian / Kaptan / Kapur padam /Zeolite / Bentonite / Dolomite dll.
    Tersedia mesh 80 s/d Mesh 800 dengan kemasan / packing karung / 25 kg , 50 kg , 500 kg , 1000 kg .

    Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
    Asep 081281774186
    085793333234

    Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.
    Siap kirim ke seluruh kota di indonesia.
    Terimakasih

    BalasHapus
  4. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management

    OUR SERVICE
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Degreaser & Floor Cleaner Plant
    Oli industri
    Rust remover
    Coal & feul oil additive
    Cleaning Chemical
    Lubricant
    Other Chemical
    RO Chemical

    BalasHapus